Examine individual changes

From MediaWiki Beginners Wiki
Abuse Filter navigation (Home | Recent filter changes | Examine past edits | Abuse log)
Jump to: navigation, search

This page allows you to examine the variables generated by the Abuse Filter for an individual change, and test it against filters.

Variables generated for this change

VariableValue
Whether or not the edit is marked as minor (no longer in use) (minor_edit)
false
Edit count of the user (user_editcount)
''
Name of the user account (user_name)
'192.169.140.74'
Age of the user account (user_age)
0
Whether or not a user is editing through the mobile interface (user_mobile)
false
Page ID (page_id)
0
Page namespace (page_namespace)
0
Page title (without namespace) (page_title)
'Metode Kekinian Judi Online Bisnis Haram Berkedok Game'
Full page title (page_prefixedtitle)
'Metode Kekinian Judi Online Bisnis Haram Berkedok Game'
Last ten users to contribute to the page (page_recent_contributors)
''
Action (action)
'edit'
Edit summary/reason (summary)
''
Old content model (old_content_model)
''
New content model (new_content_model)
'wikitext'
Old page wikitext, before the edit (old_wikitext)
''
New page wikitext, after the edit (new_wikitext)
'Situs [http://www.Bookie7.asia judi online] bergentayangan di jagat maya. Menjerat korbannya dengan permainan judi bola, [http://www.Bookie7.asia judi slot], baccarat, poker, koprok, roulette, taruhan bola, blackjack, kiukick, balap kuda, sampai laga ayam yang disiarkan dengan langsung via livestreaming.<br><br>[https://m11yes.com/ m11yes.com]Aksesnya pun sangat mudah, dapat lewat komputer jinjing bahkan telepon seluler. Pemain hanya mendaftar, kemudian top up kredit dan taruhan bisa segera diawali. Recehan hingga jutaan uang dipertaruhkan. Saat pemain kalah, bandar pun senang.<br><br>Betting online ternyata bisnis gede. Nilainya sampai triliunan rupiah. Kepala Unit IV Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya, Kompol Fian Yunus mengatakan, fenomena judi online makin menjamur. Modus kekinian jauh lebih canggih dari sebelumnya.<br><br>Kompol Fian mengatakan, di tahun 2010, polisi secara mudah dapat melacak kehadiran sindikat judi online di Indonesia. Saat itu, akses internet digital belum sebebas dan semudah saat ini. "Pemainnya menggunakan warnet untuk mengakses situs perjudian, " kata Kompol Fian Yunus di Jakarta, Kamis (30/11/2017).<br><br>Bandar menggunakan semacam SMS gateaway untuk menyebar pesan singkat menggunakan broadcast messages ke sekian ribu publikasi telepon. Penerima yang terganggu diarahkan ke situs judi. "Saat itu rata-rata yang direkrut sebagai agen itu adalah pihak warnet, " kata dia.<br><br>Agar sunyi dari pelacakan polisi, serikat judi online menggunakan cara sistem berbeda. Mereka memindahkan peladen ke sejumlah negara tetangga, seperti Kamboja, Thailand, Philipina dan Singapura.<br><br>"Mereka carter server di sana, buat server di sana. Lalu mereka memasukkan konten-konten berbahasa Indonesia sehingga bisa diakses oleh orang Indonesia, " tambah dia.<br><br>Berdasarkan dampak penyelidikan, polisi menemukan keaslian bahwa ada sejumlah WNI yang menjadi dedengkot serikat judi online lintas negara. Mereka memboyong anak buah dari Indonesia untuk dipekerjakan di luar negeri.<br><br>Pekerja berasal dari Indonesia direkrut untuk mengerjakan tugas operasional, dari maintenance, pembaruan (update), atau sebagai semacam customer service.<br><br>Lalu, pekerja itu pulang menuju Indonesia dan menjadi agen di dalam negeri. Tugas mereka pun bertambah, yaitu wajib menghimpun rekening palsu.<br><br>Caranya, dengan memberikan perangsang uang pada sejumlah orang2, agar memberikan identitasnya untuk membuka rekening baru buat menampung uang dari kumpulan pemain.<br><br>"Uang yang ditawarkan antara Rp 1, 5 juta sampai Rp 5 juta. Tapi sekarang naik menjadi Rp 2, 5 juta hingga Rp tujuh, 5 juta untuk memperoleh satu rekening, " kata Kompol Fian.<br><br>Para wakil akan mengganti rekening-rekeningnya ini secara berkala. Satu rekening hanya akan dipakai dalam hitungan bulan. Tujuannya, guna menghindari pelacakan polisi.<br><br>Kompol Fian mengakui, untuk menangkapnya otak dan pemodal usaha ilegal judi online bukan hal gampang. 'Telinga dan mata' mereka ada dimana-mana. Ketika ditargetkan mereka pun kabur.<br><br>"Kalau mereka sudah tahu sedang diawasi, mereka tidak pulang. Hanya berpindah-pindah negara untuk memperpanjang visa, " kata Fian.<br><br>Polisi juga menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir situs-situs judi online yang dapat diakses di internet. Namun, pegiat dibalik bisnis judi online selicin belut. Mereka punya tips untuk mengelak. Caranya, dengan membuat situs-situs baru berkonten serupa dengan yang sudah diblokir.<br><br>"Konten websitenya sama saja, hanya namanya yang beda. Oleh karena itu mereka dapat lepas dari pemblokiran yang dilakukan dari Kemkominfo. Setelah lepas, mereka dapat tetap bisa menjalankan operasinya, " kata Kompol Fian.<br><br>Pada 2015 ada 5 kasus yang ditangani Sub Direktorat Cyber Crime Polda Metro Jaya. Sementara, di dalam 2016 ada tiga skandal.<br><br>Pada 19 Januari 2017 Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya membekuk distributor judi online yang bermarkas di Jakarta Pusat. Penangkapan itu merupakan hasil pengembangan dari penyelidikan sindikat yang hidup di Kamboja.<br><br>Mereka diancam dengan pasal berlapis yakni, pasal 27 ayat (2) jo pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan atau Transaksi Elektronik (ITE), pasal 3, 4, 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, & atau pasal 303 KUHP tentang Perjudian. Ancaman hukumannya mencapai 6 tahun hotel prodeo dan denda tertinggi Rp 1 miliar.<br><br>Kompol Fian menegaskan, praktik judi online ialah kejahatan lintas negara. Untuk memberantas hingga ke akar-akarnya, kerja sama antarpihak total dibutuhkan termasuk dengan Bea Cukai, Imigrasi, PPATK, & Aseanapol atau polisi ASEAN.<br><br>Apalagi, dia menambahkan, judi online tak boleh diremehkan. Padahal jika terus diabaikan, di jangka panjang perekonomian negara akan terancam.<br><br>"Bayangkan jika pemasukan dari judi online Rp 1 triliun per bulan lalu digunakan untuk penyusunan properti di Indonesia, apa tidak keok itu properti lain yang setengah mati cari pinjaman kredit, " kata Kompol Fian.<br><br>Bisnis Haram Bertopeng Gim<br><br>Kenyataan judi online di Indonesia seakan serigala berbulu domba. Kedahsyatan teknologi membuat bandar sanggup menyulap bisnis haramnya menjadi tampak seperti gim biasa.<br><br>Mulai muda hingga tua, semuanya dapat mengakses dengan mudah. Hingga tak sadar game itu siap mengeruk kantong para pemainnya.<br><br>Menurut spesialis keamanan siber, Pratama D. Persadha, hal itu juga yang membuat judi online bertambah banyak peminatnya. Judi online dikemas cantik, membuat penjudi seolah hanya sekadar melaksanakan sebuah permainan. Mereka tidak merasa melakukan tindakan yang melanggar hukum atau yang diharamkan.<br><br>""Bandar judi tambah berkembang, dia akan menghasilkan suatu sistem yang menarik. Sistem yang bagus itu ketika di-share, kepada orang, dia merasa seperti orang2 main game, " kata Pratama D Persadha.<br><br>Bahkan pikiran Pratama, karena perkembangan teknologi, mental judi sudah mulai dibentuk sejak masa kanak-kanak. Mereka dicekoki permainan-permainan yang melibatkan taruhan.<br><br>Meski bukan menggunakan uang asli, namun hal tersebut, menurut Pratama, dapat membuat sang anak ketagihan hingga berlanjut di perjudian yang sesungguhnya.<br><br>"Jadi mereka diajari untuk bermain judi dari kecil. Ketika teredukasi untuk bermain judi, akhirnya mereka terbiasa, " kata Pratama.<br><br>Di sosok lain menurut Pratama, perubahan teknologi juga membuat persebaran judi di Indonesia sulit dibendung.<br><br>"Dari indikator banyaknya iklan judi online di internet digital, menunjukan memang pengguna dalam Indonesia itu terlalu banyak, " kata Pratama.<br><br>Padahal tahun 2017 setidaknya sudah 3. 273 situs judi online dilaporkan ke Kementerian Komunikasi serta Informatika. Sebanyak 1. 584 situs di antaranya sudah diblokir.<br><br>Kesulitan itu lantaran pemilik bandar judi online sudah menyusun strategi dengan cermat. Mereka memanfaatkan celah hukum di Indonesia dengan mendirikan pusat kendali bisnisnya di negara yang melegalkan betting.<br><br>Sedangkan di Indonesia, para bandar hanya merekrut orang2 sebagai agen. Agen-agen ini yang nantinya melayani pemain-pemain di Indonesia.<br><br>Biasanya mereka terang-terangan mengiklankan bisnis betting onlinenya melalui dunia maya. Beberapa diantaranya juga membuka layanan personal chat. Secara rutin mereka juga memberitahukan publikasi rekening yang biasanya dipakai untuk menerima transfer uang dari pemain.<br><br>Saat mereka tertangkap, bandar akan merekrut agen-agen baru. Begitu seterusnya. Sementara aparat penegak hukum tidak dapat menindak bandar-bandar judi online yang ada di negara-negara di mana betting dianggap legal. Hal itu membuat rantai bisnis judi online di Indonesia tidak dapat dipotong.<br><br>"Mereka (bandar) memakai hukum di luar zona, servernya ada di sana, sementara kita tidak punya kekuatan untuk menjangkau mereka (bandar), itu jadi problem, " kata pria yang pernah tergabung dalam Institusi Sandi Negara itu.<br><br>'Uang Setan Dimakan Iblis'<br><br>Pertaruhan online itu ibarat candu. D jadi saksi hidupnya. Sudah lima tahun pemuda itu terjerat judi online berbentuk gim poker. Sudah mulai SMA ia memainkannya, awalnya hanya coba-coba.<br><br>"Lihat sobat-sobat selalu ada uang bakal beli rokok segala macam, selalu ada, jadi pengin tahu dari mana duitnya, " kata D.<br><br>Ia pun kemudian mengunduh aplikasi judi online, menyerahkan KTP, nomor rekening, nomor ponsel, dan uang Rp 50 ribu. Setelah itu, judi poker online siap dimainkan.<br><br>Tak butuh dana awal besar untuk berjudi tangkas online. Pemainnya juga mampu menjalankan permainan terlarang ini di ponsel, kapan saja, dan di mana saja. Kemudahan-kemudahan itupun sontak membuat D sulit lepas dari jerat candu judi poker online.<br><br>Namun, menurut D, yang membuatnya sulit waras adalah rasa tidak pernah puas dan tidak pernah kapok.<br><br>Saat kalah ia penasaran, ketika menang ia pun ketagihan. Suatu saat D rugi Rp dua juta. Bukannya mundur, mahasiswa itu malah merasa tertantang. Ia rela utang ke sana ke mari untuk bisa meneruskan permainan. "Saya merasa harus main kembali, buat mengembalikan modal ketika kalah, " kata D.<br><br>Hal yang sama juga pernah dialami N. Untungnya, karyawan swasta itu kini sudah tobat. Menurut dia, tak ada untungnya bermain judi online.<br><br>"Uang hasil perjudian itu seperti uang lelembut dimakan iblis, habis tidak ada hasilnya, " kata N.<br><br>Hidup N pernah kacau gara-gara judi online. Saat itu ia masih duduk di bangku kuliah. Barang-barangnya habis terjual untuk modal taruhan bola dan melunasi utang.<br><br>N bahkan sempat beberapa kali membohongi orangtuanya demi mendapat uang kiriman tambahan. Selama itu lilitan utang makin membuatnya tak bisa bergerak.<br><br>"Dulu sampai uang kiriman dari orang tua bulan ini, buat bayar utang bulan kemarin. Seperti itu seterusnya, " kata N dengan raut muka berkerut.<br><br>Menurut N, pemain judi online hanya akan berputar pada 1 siklus. Ada saat rontok, ada saat menang.<br><br>Saat menang, pemain mengunakan uang hasil berjudi untuk menebus utang-utangnya akibat kalah taruhan.<br><br>Setidaknya siklus itu sudah N rasakan selama 5 tahun hingga akhirnya ia menutup akun judi online-nya.<br><br>"Berhenti [http://www.Bookie7.asia judi online] sekitar tahun 2016. Di situ saya mikir, menang tidak, rontok iya, malu juga sama teman-teman pinjam duit, " kata N dengan kepala tertunduk.'
Unified diff of changes made by edit (edit_diff)
'@@ -1,0 +1,1 @@ +Situs [http://www.Bookie7.asia judi online] bergentayangan di jagat maya. Menjerat korbannya dengan permainan judi bola, [http://www.Bookie7.asia judi slot], baccarat, poker, koprok, roulette, taruhan bola, blackjack, kiukick, balap kuda, sampai laga ayam yang disiarkan dengan langsung via livestreaming.<br><br>[https://m11yes.com/ m11yes.com]Aksesnya pun sangat mudah, dapat lewat komputer jinjing bahkan telepon seluler. Pemain hanya mendaftar, kemudian top up kredit dan taruhan bisa segera diawali. Recehan hingga jutaan uang dipertaruhkan. Saat pemain kalah, bandar pun senang.<br><br>Betting online ternyata bisnis gede. Nilainya sampai triliunan rupiah. Kepala Unit IV Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya, Kompol Fian Yunus mengatakan, fenomena judi online makin menjamur. Modus kekinian jauh lebih canggih dari sebelumnya.<br><br>Kompol Fian mengatakan, di tahun 2010, polisi secara mudah dapat melacak kehadiran sindikat judi online di Indonesia. Saat itu, akses internet digital belum sebebas dan semudah saat ini. "Pemainnya menggunakan warnet untuk mengakses situs perjudian, " kata Kompol Fian Yunus di Jakarta, Kamis (30/11/2017).<br><br>Bandar menggunakan semacam SMS gateaway untuk menyebar pesan singkat menggunakan broadcast messages ke sekian ribu publikasi telepon. Penerima yang terganggu diarahkan ke situs judi. "Saat itu rata-rata yang direkrut sebagai agen itu adalah pihak warnet, " kata dia.<br><br>Agar sunyi dari pelacakan polisi, serikat judi online menggunakan cara sistem berbeda. Mereka memindahkan peladen ke sejumlah negara tetangga, seperti Kamboja, Thailand, Philipina dan Singapura.<br><br>"Mereka carter server di sana, buat server di sana. Lalu mereka memasukkan konten-konten berbahasa Indonesia sehingga bisa diakses oleh orang Indonesia, " tambah dia.<br><br>Berdasarkan dampak penyelidikan, polisi menemukan keaslian bahwa ada sejumlah WNI yang menjadi dedengkot serikat judi online lintas negara. Mereka memboyong anak buah dari Indonesia untuk dipekerjakan di luar negeri.<br><br>Pekerja berasal dari Indonesia direkrut untuk mengerjakan tugas operasional, dari maintenance, pembaruan (update), atau sebagai semacam customer service.<br><br>Lalu, pekerja itu pulang menuju Indonesia dan menjadi agen di dalam negeri. Tugas mereka pun bertambah, yaitu wajib menghimpun rekening palsu.<br><br>Caranya, dengan memberikan perangsang uang pada sejumlah orang2, agar memberikan identitasnya untuk membuka rekening baru buat menampung uang dari kumpulan pemain.<br><br>"Uang yang ditawarkan antara Rp 1, 5 juta sampai Rp 5 juta. Tapi sekarang naik menjadi Rp 2, 5 juta hingga Rp tujuh, 5 juta untuk memperoleh satu rekening, " kata Kompol Fian.<br><br>Para wakil akan mengganti rekening-rekeningnya ini secara berkala. Satu rekening hanya akan dipakai dalam hitungan bulan. Tujuannya, guna menghindari pelacakan polisi.<br><br>Kompol Fian mengakui, untuk menangkapnya otak dan pemodal usaha ilegal judi online bukan hal gampang. 'Telinga dan mata' mereka ada dimana-mana. Ketika ditargetkan mereka pun kabur.<br><br>"Kalau mereka sudah tahu sedang diawasi, mereka tidak pulang. Hanya berpindah-pindah negara untuk memperpanjang visa, " kata Fian.<br><br>Polisi juga menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir situs-situs judi online yang dapat diakses di internet. Namun, pegiat dibalik bisnis judi online selicin belut. Mereka punya tips untuk mengelak. Caranya, dengan membuat situs-situs baru berkonten serupa dengan yang sudah diblokir.<br><br>"Konten websitenya sama saja, hanya namanya yang beda. Oleh karena itu mereka dapat lepas dari pemblokiran yang dilakukan dari Kemkominfo. Setelah lepas, mereka dapat tetap bisa menjalankan operasinya, " kata Kompol Fian.<br><br>Pada 2015 ada 5 kasus yang ditangani Sub Direktorat Cyber Crime Polda Metro Jaya. Sementara, di dalam 2016 ada tiga skandal.<br><br>Pada 19 Januari 2017 Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya membekuk distributor judi online yang bermarkas di Jakarta Pusat. Penangkapan itu merupakan hasil pengembangan dari penyelidikan sindikat yang hidup di Kamboja.<br><br>Mereka diancam dengan pasal berlapis yakni, pasal 27 ayat (2) jo pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan atau Transaksi Elektronik (ITE), pasal 3, 4, 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, & atau pasal 303 KUHP tentang Perjudian. Ancaman hukumannya mencapai 6 tahun hotel prodeo dan denda tertinggi Rp 1 miliar.<br><br>Kompol Fian menegaskan, praktik judi online ialah kejahatan lintas negara. Untuk memberantas hingga ke akar-akarnya, kerja sama antarpihak total dibutuhkan termasuk dengan Bea Cukai, Imigrasi, PPATK, & Aseanapol atau polisi ASEAN.<br><br>Apalagi, dia menambahkan, judi online tak boleh diremehkan. Padahal jika terus diabaikan, di jangka panjang perekonomian negara akan terancam.<br><br>"Bayangkan jika pemasukan dari judi online Rp 1 triliun per bulan lalu digunakan untuk penyusunan properti di Indonesia, apa tidak keok itu properti lain yang setengah mati cari pinjaman kredit, " kata Kompol Fian.<br><br>Bisnis Haram Bertopeng Gim<br><br>Kenyataan judi online di Indonesia seakan serigala berbulu domba. Kedahsyatan teknologi membuat bandar sanggup menyulap bisnis haramnya menjadi tampak seperti gim biasa.<br><br>Mulai muda hingga tua, semuanya dapat mengakses dengan mudah. Hingga tak sadar game itu siap mengeruk kantong para pemainnya.<br><br>Menurut spesialis keamanan siber, Pratama D. Persadha, hal itu juga yang membuat judi online bertambah banyak peminatnya. Judi online dikemas cantik, membuat penjudi seolah hanya sekadar melaksanakan sebuah permainan. Mereka tidak merasa melakukan tindakan yang melanggar hukum atau yang diharamkan.<br><br>""Bandar judi tambah berkembang, dia akan menghasilkan suatu sistem yang menarik. Sistem yang bagus itu ketika di-share, kepada orang, dia merasa seperti orang2 main game, " kata Pratama D Persadha.<br><br>Bahkan pikiran Pratama, karena perkembangan teknologi, mental judi sudah mulai dibentuk sejak masa kanak-kanak. Mereka dicekoki permainan-permainan yang melibatkan taruhan.<br><br>Meski bukan menggunakan uang asli, namun hal tersebut, menurut Pratama, dapat membuat sang anak ketagihan hingga berlanjut di perjudian yang sesungguhnya.<br><br>"Jadi mereka diajari untuk bermain judi dari kecil. Ketika teredukasi untuk bermain judi, akhirnya mereka terbiasa, " kata Pratama.<br><br>Di sosok lain menurut Pratama, perubahan teknologi juga membuat persebaran judi di Indonesia sulit dibendung.<br><br>"Dari indikator banyaknya iklan judi online di internet digital, menunjukan memang pengguna dalam Indonesia itu terlalu banyak, " kata Pratama.<br><br>Padahal tahun 2017 setidaknya sudah 3. 273 situs judi online dilaporkan ke Kementerian Komunikasi serta Informatika. Sebanyak 1. 584 situs di antaranya sudah diblokir.<br><br>Kesulitan itu lantaran pemilik bandar judi online sudah menyusun strategi dengan cermat. Mereka memanfaatkan celah hukum di Indonesia dengan mendirikan pusat kendali bisnisnya di negara yang melegalkan betting.<br><br>Sedangkan di Indonesia, para bandar hanya merekrut orang2 sebagai agen. Agen-agen ini yang nantinya melayani pemain-pemain di Indonesia.<br><br>Biasanya mereka terang-terangan mengiklankan bisnis betting onlinenya melalui dunia maya. Beberapa diantaranya juga membuka layanan personal chat. Secara rutin mereka juga memberitahukan publikasi rekening yang biasanya dipakai untuk menerima transfer uang dari pemain.<br><br>Saat mereka tertangkap, bandar akan merekrut agen-agen baru. Begitu seterusnya. Sementara aparat penegak hukum tidak dapat menindak bandar-bandar judi online yang ada di negara-negara di mana betting dianggap legal. Hal itu membuat rantai bisnis judi online di Indonesia tidak dapat dipotong.<br><br>"Mereka (bandar) memakai hukum di luar zona, servernya ada di sana, sementara kita tidak punya kekuatan untuk menjangkau mereka (bandar), itu jadi problem, " kata pria yang pernah tergabung dalam Institusi Sandi Negara itu.<br><br>'Uang Setan Dimakan Iblis'<br><br>Pertaruhan online itu ibarat candu. D jadi saksi hidupnya. Sudah lima tahun pemuda itu terjerat judi online berbentuk gim poker. Sudah mulai SMA ia memainkannya, awalnya hanya coba-coba.<br><br>"Lihat sobat-sobat selalu ada uang bakal beli rokok segala macam, selalu ada, jadi pengin tahu dari mana duitnya, " kata D.<br><br>Ia pun kemudian mengunduh aplikasi judi online, menyerahkan KTP, nomor rekening, nomor ponsel, dan uang Rp 50 ribu. Setelah itu, judi poker online siap dimainkan.<br><br>Tak butuh dana awal besar untuk berjudi tangkas online. Pemainnya juga mampu menjalankan permainan terlarang ini di ponsel, kapan saja, dan di mana saja. Kemudahan-kemudahan itupun sontak membuat D sulit lepas dari jerat candu judi poker online.<br><br>Namun, menurut D, yang membuatnya sulit waras adalah rasa tidak pernah puas dan tidak pernah kapok.<br><br>Saat kalah ia penasaran, ketika menang ia pun ketagihan. Suatu saat D rugi Rp dua juta. Bukannya mundur, mahasiswa itu malah merasa tertantang. Ia rela utang ke sana ke mari untuk bisa meneruskan permainan. "Saya merasa harus main kembali, buat mengembalikan modal ketika kalah, " kata D.<br><br>Hal yang sama juga pernah dialami N. Untungnya, karyawan swasta itu kini sudah tobat. Menurut dia, tak ada untungnya bermain judi online.<br><br>"Uang hasil perjudian itu seperti uang lelembut dimakan iblis, habis tidak ada hasilnya, " kata N.<br><br>Hidup N pernah kacau gara-gara judi online. Saat itu ia masih duduk di bangku kuliah. Barang-barangnya habis terjual untuk modal taruhan bola dan melunasi utang.<br><br>N bahkan sempat beberapa kali membohongi orangtuanya demi mendapat uang kiriman tambahan. Selama itu lilitan utang makin membuatnya tak bisa bergerak.<br><br>"Dulu sampai uang kiriman dari orang tua bulan ini, buat bayar utang bulan kemarin. Seperti itu seterusnya, " kata N dengan raut muka berkerut.<br><br>Menurut N, pemain judi online hanya akan berputar pada 1 siklus. Ada saat rontok, ada saat menang.<br><br>Saat menang, pemain mengunakan uang hasil berjudi untuk menebus utang-utangnya akibat kalah taruhan.<br><br>Setidaknya siklus itu sudah N rasakan selama 5 tahun hingga akhirnya ia menutup akun judi online-nya.<br><br>"Berhenti [http://www.Bookie7.asia judi online] sekitar tahun 2016. Di situ saya mikir, menang tidak, rontok iya, malu juga sama teman-teman pinjam duit, " kata N dengan kepala tertunduk. '
New page size (new_size)
10471
Lines added in edit (added_lines)
[ 0 => 'Situs [http://www.Bookie7.asia judi online] bergentayangan di jagat maya. Menjerat korbannya dengan permainan judi bola, [http://www.Bookie7.asia judi slot], baccarat, poker, koprok, roulette, taruhan bola, blackjack, kiukick, balap kuda, sampai laga ayam yang disiarkan dengan langsung via livestreaming.<br><br>[https://m11yes.com/ m11yes.com]Aksesnya pun sangat mudah, dapat lewat komputer jinjing bahkan telepon seluler. Pemain hanya mendaftar, kemudian top up kredit dan taruhan bisa segera diawali. Recehan hingga jutaan uang dipertaruhkan. Saat pemain kalah, bandar pun senang.<br><br>Betting online ternyata bisnis gede. Nilainya sampai triliunan rupiah. Kepala Unit IV Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya, Kompol Fian Yunus mengatakan, fenomena judi online makin menjamur. Modus kekinian jauh lebih canggih dari sebelumnya.<br><br>Kompol Fian mengatakan, di tahun 2010, polisi secara mudah dapat melacak kehadiran sindikat judi online di Indonesia. Saat itu, akses internet digital belum sebebas dan semudah saat ini. "Pemainnya menggunakan warnet untuk mengakses situs perjudian, " kata Kompol Fian Yunus di Jakarta, Kamis (30/11/2017).<br><br>Bandar menggunakan semacam SMS gateaway untuk menyebar pesan singkat menggunakan broadcast messages ke sekian ribu publikasi telepon. Penerima yang terganggu diarahkan ke situs judi. "Saat itu rata-rata yang direkrut sebagai agen itu adalah pihak warnet, " kata dia.<br><br>Agar sunyi dari pelacakan polisi, serikat judi online menggunakan cara sistem berbeda. Mereka memindahkan peladen ke sejumlah negara tetangga, seperti Kamboja, Thailand, Philipina dan Singapura.<br><br>"Mereka carter server di sana, buat server di sana. Lalu mereka memasukkan konten-konten berbahasa Indonesia sehingga bisa diakses oleh orang Indonesia, " tambah dia.<br><br>Berdasarkan dampak penyelidikan, polisi menemukan keaslian bahwa ada sejumlah WNI yang menjadi dedengkot serikat judi online lintas negara. Mereka memboyong anak buah dari Indonesia untuk dipekerjakan di luar negeri.<br><br>Pekerja berasal dari Indonesia direkrut untuk mengerjakan tugas operasional, dari maintenance, pembaruan (update), atau sebagai semacam customer service.<br><br>Lalu, pekerja itu pulang menuju Indonesia dan menjadi agen di dalam negeri. Tugas mereka pun bertambah, yaitu wajib menghimpun rekening palsu.<br><br>Caranya, dengan memberikan perangsang uang pada sejumlah orang2, agar memberikan identitasnya untuk membuka rekening baru buat menampung uang dari kumpulan pemain.<br><br>"Uang yang ditawarkan antara Rp 1, 5 juta sampai Rp 5 juta. Tapi sekarang naik menjadi Rp 2, 5 juta hingga Rp tujuh, 5 juta untuk memperoleh satu rekening, " kata Kompol Fian.<br><br>Para wakil akan mengganti rekening-rekeningnya ini secara berkala. Satu rekening hanya akan dipakai dalam hitungan bulan. Tujuannya, guna menghindari pelacakan polisi.<br><br>Kompol Fian mengakui, untuk menangkapnya otak dan pemodal usaha ilegal judi online bukan hal gampang. 'Telinga dan mata' mereka ada dimana-mana. Ketika ditargetkan mereka pun kabur.<br><br>"Kalau mereka sudah tahu sedang diawasi, mereka tidak pulang. Hanya berpindah-pindah negara untuk memperpanjang visa, " kata Fian.<br><br>Polisi juga menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir situs-situs judi online yang dapat diakses di internet. Namun, pegiat dibalik bisnis judi online selicin belut. Mereka punya tips untuk mengelak. Caranya, dengan membuat situs-situs baru berkonten serupa dengan yang sudah diblokir.<br><br>"Konten websitenya sama saja, hanya namanya yang beda. Oleh karena itu mereka dapat lepas dari pemblokiran yang dilakukan dari Kemkominfo. Setelah lepas, mereka dapat tetap bisa menjalankan operasinya, " kata Kompol Fian.<br><br>Pada 2015 ada 5 kasus yang ditangani Sub Direktorat Cyber Crime Polda Metro Jaya. Sementara, di dalam 2016 ada tiga skandal.<br><br>Pada 19 Januari 2017 Subdit Cyber Crime Polda Metro Jaya membekuk distributor judi online yang bermarkas di Jakarta Pusat. Penangkapan itu merupakan hasil pengembangan dari penyelidikan sindikat yang hidup di Kamboja.<br><br>Mereka diancam dengan pasal berlapis yakni, pasal 27 ayat (2) jo pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan atau Transaksi Elektronik (ITE), pasal 3, 4, 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, & atau pasal 303 KUHP tentang Perjudian. Ancaman hukumannya mencapai 6 tahun hotel prodeo dan denda tertinggi Rp 1 miliar.<br><br>Kompol Fian menegaskan, praktik judi online ialah kejahatan lintas negara. Untuk memberantas hingga ke akar-akarnya, kerja sama antarpihak total dibutuhkan termasuk dengan Bea Cukai, Imigrasi, PPATK, & Aseanapol atau polisi ASEAN.<br><br>Apalagi, dia menambahkan, judi online tak boleh diremehkan. Padahal jika terus diabaikan, di jangka panjang perekonomian negara akan terancam.<br><br>"Bayangkan jika pemasukan dari judi online Rp 1 triliun per bulan lalu digunakan untuk penyusunan properti di Indonesia, apa tidak keok itu properti lain yang setengah mati cari pinjaman kredit, " kata Kompol Fian.<br><br>Bisnis Haram Bertopeng Gim<br><br>Kenyataan judi online di Indonesia seakan serigala berbulu domba. Kedahsyatan teknologi membuat bandar sanggup menyulap bisnis haramnya menjadi tampak seperti gim biasa.<br><br>Mulai muda hingga tua, semuanya dapat mengakses dengan mudah. Hingga tak sadar game itu siap mengeruk kantong para pemainnya.<br><br>Menurut spesialis keamanan siber, Pratama D. Persadha, hal itu juga yang membuat judi online bertambah banyak peminatnya. Judi online dikemas cantik, membuat penjudi seolah hanya sekadar melaksanakan sebuah permainan. Mereka tidak merasa melakukan tindakan yang melanggar hukum atau yang diharamkan.<br><br>""Bandar judi tambah berkembang, dia akan menghasilkan suatu sistem yang menarik. Sistem yang bagus itu ketika di-share, kepada orang, dia merasa seperti orang2 main game, " kata Pratama D Persadha.<br><br>Bahkan pikiran Pratama, karena perkembangan teknologi, mental judi sudah mulai dibentuk sejak masa kanak-kanak. Mereka dicekoki permainan-permainan yang melibatkan taruhan.<br><br>Meski bukan menggunakan uang asli, namun hal tersebut, menurut Pratama, dapat membuat sang anak ketagihan hingga berlanjut di perjudian yang sesungguhnya.<br><br>"Jadi mereka diajari untuk bermain judi dari kecil. Ketika teredukasi untuk bermain judi, akhirnya mereka terbiasa, " kata Pratama.<br><br>Di sosok lain menurut Pratama, perubahan teknologi juga membuat persebaran judi di Indonesia sulit dibendung.<br><br>"Dari indikator banyaknya iklan judi online di internet digital, menunjukan memang pengguna dalam Indonesia itu terlalu banyak, " kata Pratama.<br><br>Padahal tahun 2017 setidaknya sudah 3. 273 situs judi online dilaporkan ke Kementerian Komunikasi serta Informatika. Sebanyak 1. 584 situs di antaranya sudah diblokir.<br><br>Kesulitan itu lantaran pemilik bandar judi online sudah menyusun strategi dengan cermat. Mereka memanfaatkan celah hukum di Indonesia dengan mendirikan pusat kendali bisnisnya di negara yang melegalkan betting.<br><br>Sedangkan di Indonesia, para bandar hanya merekrut orang2 sebagai agen. Agen-agen ini yang nantinya melayani pemain-pemain di Indonesia.<br><br>Biasanya mereka terang-terangan mengiklankan bisnis betting onlinenya melalui dunia maya. Beberapa diantaranya juga membuka layanan personal chat. Secara rutin mereka juga memberitahukan publikasi rekening yang biasanya dipakai untuk menerima transfer uang dari pemain.<br><br>Saat mereka tertangkap, bandar akan merekrut agen-agen baru. Begitu seterusnya. Sementara aparat penegak hukum tidak dapat menindak bandar-bandar judi online yang ada di negara-negara di mana betting dianggap legal. Hal itu membuat rantai bisnis judi online di Indonesia tidak dapat dipotong.<br><br>"Mereka (bandar) memakai hukum di luar zona, servernya ada di sana, sementara kita tidak punya kekuatan untuk menjangkau mereka (bandar), itu jadi problem, " kata pria yang pernah tergabung dalam Institusi Sandi Negara itu.<br><br>'Uang Setan Dimakan Iblis'<br><br>Pertaruhan online itu ibarat candu. D jadi saksi hidupnya. Sudah lima tahun pemuda itu terjerat judi online berbentuk gim poker. Sudah mulai SMA ia memainkannya, awalnya hanya coba-coba.<br><br>"Lihat sobat-sobat selalu ada uang bakal beli rokok segala macam, selalu ada, jadi pengin tahu dari mana duitnya, " kata D.<br><br>Ia pun kemudian mengunduh aplikasi judi online, menyerahkan KTP, nomor rekening, nomor ponsel, dan uang Rp 50 ribu. Setelah itu, judi poker online siap dimainkan.<br><br>Tak butuh dana awal besar untuk berjudi tangkas online. Pemainnya juga mampu menjalankan permainan terlarang ini di ponsel, kapan saja, dan di mana saja. Kemudahan-kemudahan itupun sontak membuat D sulit lepas dari jerat candu judi poker online.<br><br>Namun, menurut D, yang membuatnya sulit waras adalah rasa tidak pernah puas dan tidak pernah kapok.<br><br>Saat kalah ia penasaran, ketika menang ia pun ketagihan. Suatu saat D rugi Rp dua juta. Bukannya mundur, mahasiswa itu malah merasa tertantang. Ia rela utang ke sana ke mari untuk bisa meneruskan permainan. "Saya merasa harus main kembali, buat mengembalikan modal ketika kalah, " kata D.<br><br>Hal yang sama juga pernah dialami N. Untungnya, karyawan swasta itu kini sudah tobat. Menurut dia, tak ada untungnya bermain judi online.<br><br>"Uang hasil perjudian itu seperti uang lelembut dimakan iblis, habis tidak ada hasilnya, " kata N.<br><br>Hidup N pernah kacau gara-gara judi online. Saat itu ia masih duduk di bangku kuliah. Barang-barangnya habis terjual untuk modal taruhan bola dan melunasi utang.<br><br>N bahkan sempat beberapa kali membohongi orangtuanya demi mendapat uang kiriman tambahan. Selama itu lilitan utang makin membuatnya tak bisa bergerak.<br><br>"Dulu sampai uang kiriman dari orang tua bulan ini, buat bayar utang bulan kemarin. Seperti itu seterusnya, " kata N dengan raut muka berkerut.<br><br>Menurut N, pemain judi online hanya akan berputar pada 1 siklus. Ada saat rontok, ada saat menang.<br><br>Saat menang, pemain mengunakan uang hasil berjudi untuk menebus utang-utangnya akibat kalah taruhan.<br><br>Setidaknya siklus itu sudah N rasakan selama 5 tahun hingga akhirnya ia menutup akun judi online-nya.<br><br>"Berhenti [http://www.Bookie7.asia judi online] sekitar tahun 2016. Di situ saya mikir, menang tidak, rontok iya, malu juga sama teman-teman pinjam duit, " kata N dengan kepala tertunduk.' ]
Unix timestamp of change (timestamp)
1571574944